
BK Newstar.com –Perak, Malaysia 16 Mei 2025 Sebuah momen pilu menggetarkan media sosial dan hati jutaan orang. Seekor ibu gajah liar terekam menangisi anaknya yang tertabrak truk di kawasan Belum-Temenggor, Perak, Malaysia. Peristiwa ini bukan hanya menyayat hati, tapi juga menyuarakan masalah serius yang selama ini terpinggirkan: konflik antara pembangunan dan habitat satwa liar.
Kronologi Kejadian
Insiden memilukan ini terjadi sekitar pukul 03.30 dini hari pada 11 Mei 2025. Sebuah truk bermuatan ayam melintas di Jalan Raya Timur-Barat (Gerik-Jeli) ketika tiba-tiba anak gajah jantan berusia sekitar lima tahun melintasi jalan. Truk tak mampu menghindar dan menabraknya hingga tewas di tempat.
Yang menyayat hati, sang ibu gajah menolak meninggalkan jasad anaknya. Ia terus berdiri di dekat bangkai selama lebih dari lima jam, bahkan sempat mencoba mendorong truk dengan kepala, seolah masih berharap anaknya dapat bangun kembali.
“Kami menerima laporan dari warga dan segera mengirim tim ke lokasi. Ibu gajah itu terlihat sangat terpukul,” ujar Yusoff Shariff, Direktur Departemen Perlindungan Satwa Liar dan Taman Nasional Perak.
Viral di Media Sosial
Video yang memperlihatkan seekor gajah berdiri terdiam di samping jasad anaknya viral di TikTok, X (Twitter), dan Instagram. Dalam cuplikan tersebut, tampak sang induk menyentuh tubuh anaknya dengan belalai, sementara lalu lintas jalan sempat dihentikan untuk menjaga keselamatan kedua gajah.
Unggahan itu memicu gelombang simpati. Tagar #SaveWildlife dan #TangisanIbuGajah pun menggema, menyuarakan protes terhadap minimnya perlindungan lintasan satwa di kawasan hutan yang kini diapit oleh jalan raya.
Konflik Satwa vs Pembangunan
Insiden ini bukan yang pertama. Kawasan Belum-Temenggor dikenal sebagai habitat penting bagi gajah dan harimau Malaya, namun juga dilintasi oleh jalan utama antarnegara bagian.
Aktivis lingkungan dari RimbaWatch, Nadiah Salim, menyebut bahwa hilangnya koridor satwa menjadi penyebab utama meningkatnya kematian satwa liar akibat kecelakaan lalu lintas.
“Ini bukan sekadar kecelakaan. Ini hasil dari keputusan pembangunan yang mengabaikan keberadaan makhluk hidup lain,” tegasnya.
Respons Pemerintah
Menteri Sumber Daya Alam dan Kelestarian Alam Malaysia, Nik Nazmi, menyatakan duka mendalam atas insiden ini dan berjanji akan meninjau ulang kebijakan pembangunan jalan raya di kawasan konservasi.
“Kami sedang mengkaji penerapan sistem terowongan atau jembatan satwa. Ini bukan pertama kali terjadi, dan kami tidak bisa menunggu sampai ada tragedi yang lebih besar.”
Refleksi dan Pesan Kemanusiaan
Banyak warganet menyamakan kesedihan ibu gajah ini dengan duka seorang ibu manusia. Rasa kehilangan, harapan yang pupus, dan ikatan batin antara induk dan anak terlihat nyata—dan membuat manusia berkaca pada empati lintas spesies.
Kasih ibu sepanjang masa—bahkan pada alam liar. Tragedi ini adalah pengingat keras bahwa dalam setiap pembangunan, ada kehidupan lain yang ikut terdampak. Menjaga kelestarian bukan sekadar tugas pemerintah, tapi panggilan hati seluruh manusia yang masih punya nurani.