
Jakarta – Dalam sejarah penyampaian informasi, berita telah menjadi jembatan penting dalam menyebarluaskan kebenaran dan pengetahuan kepada masyarakat. Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi, fungsi utama berita kini mengalami pergeseran. Di tengah derasnya arus informasi, tak sedikit berita justru digunakan sebagai alat untuk menyerang, menjatuhkan, bahkan membuka aib seseorang.
Pakar komunikasi menilai bahwa penyebaran informasi seharusnya dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Hanya lembaga hukum dan pihak berwenanglah yang memiliki hak untuk mengungkap hal-hal pribadi, terutama dalam rangka penegakan hukum atau kepentingan publik yang sah.
Sebuah laporan dari Antara News yang dipublikasikan pada 9 Maret 2024 mengutip data dari Masyarakat Telekomunikasi Indonesia. Disebutkan bahwa 92,4% hoaks disebarkan melalui media sosial, 62,8% melalui aplikasi pesan, 34,9% melalui situs web, 9,3% melalui kanal media lain, dan 8,7% melalui televisi. Data ini memperlihatkan betapa dominannya media sosial dalam menyebarkan informasi palsu di era digital.
Kondisi ini menyulitkan masyarakat dalam memperoleh pengetahuan yang utuh dan objektif. Banyak artikel dan tulisan yang kini dibuat berdasarkan kepentingan pribadi dan subjektivitas penulisnya, alih-alih didasarkan pada fakta dan data yang terverifikasi.
Di tengah gempuran informasi yang kerap menyesatkan, sebagian kalangan tetap meyakini bahwa kitab suci Al-Qur’an adalah satu-satunya sumber kebenaran yang tidak mengalami perubahan dari masa ke masa.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 1–5, ditegaskan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yang percaya pada hal-hal gaib, menegakkan salat, dan meyakini kehidupan akhirat.
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa…” demikian bunyi ayat pembuka surah tersebut.
Masyarakat Butuh Berita yang MencerahkanBerita yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan tidak seharusnya membingungkan atau menyesatkan. Masyarakat membutuhkan informasi yang objektif, transparan, dan mendidik. Dalam konteks ini, peran media menjadi sangat krusial dalam membentuk opini publik dan mencerdaskan bangsa.
Namun, bagaimana masyarakat bisa memilah berita yang valid di tengah banyaknya informasi yang berseliweran setiap hari?
Berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membaca berita:
1. Periksa Kredibilitas Portal Berita
Pastikan situs berita atau portal informasi yang dibaca berasal dari sumber terpercaya. Ciri-ciri media yang kredibel antara lain:Memiliki alamat kantor yang jelasMencantumkan kontak redaksi dan email resmiMenyertakan struktur redaksi dan identitas penanggung jawabMenggunakan domain resmi dan profesional
2. Telusuri Sumber dan Isi Berita
Berita yang berkualitas umumnya memiliki sumber yang jelas dan dapat diverifikasi. Hindari artikel yang memuat pernyataan tanpa rujukan atau narasi yang terkesan provokatif tanpa dasar fakta.
3. Uji Objektivitas Konten
Evaluasi apakah berita disampaikan secara seimbang dan tidak berpihak. Informasi yang objektif cenderung menyajikan berbagai sudut pandang dan disertai pembanding dari sumber lain.Kendalikan Diri dari Kecanduan Informasi Digital
Di era serba digital ini, masyarakat juga dituntut bijak dalam menggunakan media sosial dan teknologi. Kecenderungan untuk terus-menerus membuka ponsel dapat mengganggu produktivitas dan kesehatan mental.Beberapa tips sederhana untuk mengurangi ketergantungan terhadap gadget:Simpan ponsel di tempat yang tidak mudah dijangkau saat bekerjaKurangi waktu bermain media sosialGantikan waktu bermain ponsel dengan aktivitas fisik atau hobi.
Media diharapkan mampu menjalankan fungsinya secara proporsional dan bertanggung jawab. Sementara itu, masyarakat sebagai konsumen informasi juga perlu cerdas dalam memilih sumber dan menyaring berita. Karena di era informasi ini, literasi bukan hanya soal baca-tulis, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan memilah mana informasi yang layak dipercaya.