Minat Baca Rendah, Indonesia Tertinggal dalam Budaya Literasi



Jakarta, 29 Mei 2025— Minat baca masyarakat Indonesia kembali menjadi sorotan. Berdasarkan data dari UNESCO, indeks minat baca Indonesia berada pada angka 0,001. Artinya, hanya satu dari seribu orang yang memiliki minat baca serius.

Temuan ini mengundang keprihatinan banyak pihak, mengingat literasi merupakan fondasi utama dalam membangun kualitas sumber daya manusia. Meski pemerintah telah mencanangkan berbagai program Gerakan Literasi Nasional, kenyataannya, antusiasme masyarakat terhadap membaca masih sangat rendah.

“Faktor terbesar adalah pergeseran budaya. Kini, masyarakat lebih banyak mengonsumsi konten visual instan di media sosial daripada membaca buku atau artikel panjang,” ujar Dr. Ratna Kurnia, pakar pendidikan dari Universitas Indonesia.

Selain itu, kurangnya akses terhadap bahan bacaan berkualitas, terutama di daerah pelosok, juga menjadi penghambat. Infrastruktur perpustakaan yang minim serta harga buku yang relatif tinggi membuat kegiatan membaca belum menjadi kebiasaan yang merata di semua lapisan masyarakat.

Ironisnya, negara-negara kecil seperti Finlandia, yang secara geografis dan sumber daya lebih terbatas, justru mampu menciptakan budaya membaca yang kuat sejak usia dini. Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang memiliki lebih dari 270 juta penduduk.

Pemerintah sendiri mengaku terus berupaya meningkatkan minat baca melalui berbagai program, seperti perpustakaan digital, taman baca masyarakat, dan integrasi literasi di kurikulum sekolah. Namun, menurut pengamat, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif keluarga, sekolah, dan masyarakat secara luas.

“Budaya membaca harus dibentuk sejak rumah, bukan hanya di sekolah. Peran orang tua sangat penting dalam menumbuhkan kebiasaan ini,” tambah Dr. Ratna.

Minat baca yang rendah bukan hanya berdampak pada dunia pendidikan, tetapi juga memengaruhi tingkat produktivitas, kemampuan berpikir kritis, hingga ketahanan masyarakat terhadap informasi palsu atau hoaks.

Dengan tantangan global yang semakin kompleks, literasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Jika tidak segera ditangani secara serius, rendahnya minat baca bisa menjadi hambatan besar dalam kemajuan bangsa.

  • Related Posts

    SEJARAH  HARI LAHIR PANCASILA  22 JUNI ATAU 1 JUNI.

    Penulis : Buhari Korong BKnewstar.com. Jakarta. Kelahiran pancasila jika mengambil dari hasil yang disepakati panita sembilan BPUPKI, maka tanggal 22 Juni 1945 adalah hari lahir pancasila sesuai hasil rumusan yang…

    Membangun Karakter Bangsa: Integrasi Revolusi Mental dan Akhlak

    Dalam beberapa dekade terakhir, istilah “revolusi mental” kembali mengemuka di tengah masyarakat Indonesia. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1956 dan kemudian dihidupkan kembali oleh Presiden…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *